Kamis, 17 Mei 2012 |
0
komentar
Neversleepatnight.blogspot.com
Night Five
AKU,
KEMBALI KE MEDAN PERANG
Once more into the fray.. Into the last good fight I’ll ever know..
Jika hidup di zaman kerajaan atau
hidup di negara dimana selalu terjadi peperangan, aku jelas bukanlah seorang panglima,
pemimpin pasukan atau bahkan seorang prajurit. Mungkin aku hanya berperan
sebagai pesuruh yang membawakan makanan, perlengkapan pasukan atau senjata dan
pakaian perang. Bisa juga sebagai penerjemah atau penggambar peta. Seperti
layaknya Upham di film “Saving Private Ryan”. Aku hanyalah orang yang berperan
di balik layar, tak punya keberanian dan kemampuan maju di barisan depan. Aku
memang bukan ksatria atau hero, aku hanyalah seseorang bernama Hishigi Ryuuji.
Berada di medan yang berat dan
berbahaya bukanlah hal yang kuinginkan. Aku tak tahu bisakah bertahan hidup
dimana hanya ada dua pilihan, bertarung atau mati. Aku jelas belum ingin mati,
tetapi bertarung adalah pilihan sulit. Memasuki medan seperti itu dan
meninggalkan zona nyaman jelaslah butuh keberanian, kepercayaan, dukungan dan
kemampuan. Aku tak tahu jika aku memiliki kemampuan, yang jelas ketiga hal yang
lain sedang tak kumiliki.
Seringkali ketika semangatku sedang
memuncak, masalah lain yang benar-benar tidak mendukung menghancurkan harapan
dan keberanianku. Putus asa dan menyerah adalah hal yang terjadi berikutnya. Kadang
aku menjadi tak peduli apa yang akan terjadi berikutnya, apa yang akan
menimpaku setelah menyerah pada keadaan yang menyiksa dan butuh perjuangan
sangat berat. Aku juga bisa memaklumi Diaz di film the Grey yang memilih tidak
meneruskan perjuangannya bertahan hidup di hutan dingin yang penuh serigala
liar. Dia lelah dengan rasa dingin yang menusuk dan serigala yang haus darah,
aku pun lelah dengan semua masalah yang terjadi, walaupun sudah kucoba hadapi
dan selesaikan semua yang menghalangi perjalanan ini. Ketika aku tak memiliki
keberanian, tak ada yang mendorongku maju ke depan dan berkata, “Be brave,
loser! Fight for yourself, fight for everyone!”. Ketika krisis kepercayaan diri
menghampiri, tak ada yang menenangkanku dan berkata, “Everything will be
alright”. Saat butuh pertolongan, tak ada yang mengulurkan tangannya dan
berbisik ke padaku, “I will be on your side”. Dan saat aku butuh kemampuan
untuk maju ke depan, tak ada yang mengajariku bagaimana mengalahkan lawan. Jadi
mungkin tak ada salahnya aku mundur dari peperangan.
Tapi ketika aku melihat sosok
orang-orang yang sama-sama berjuang, di medan pertempuran mereka masing-masing,
aku berpikir, “kenapa mereka tak menyerah saja?”. Sosok ayahku yang berjuang
menyekolahkan adikku di sekolah yang mahal setelah bencana itu datang, yang
berkata, “semua baik-baik saja, aku masih mampu”, walaupun ia menderita
penyakit yang mematikan dan usahanya terseak-seok. Juga sosok orang tua cacat
yang bekerja memulung sampah di malam hari dengan pakaian, yang pernah kujumpai
di warung kecil yang masih buka di tengah malam, ia lebih memilih hidup seperti
itu dari pada menyerah dan menunggu bantuan orang lain.
Sosok-sosok fiktif yang kujumpai di
film, manga atau anime juga berjuang menghadapi kenyataan. Sosok Ottway di film
The Grey yang mencoba bertahan hidup sampai akhir dimana ia bertarung dengan
serigala Alpha, pemimpin para serigala, sambil membaca puisi ayahnya. Sosok Takagi
Akito dan Mashiro Moritaka yang tetap berjuang menjadi komikus terkenal meski
berkali-kali gagal dan harus berlatih tiap hari. Saat melihat sosok itu, sosok
yang berkali-kali gagal ataupun lelah berjuang, tetapi tak keluar dari medan
perang dan terus melangkah kaki sejauh mungkin menuju kemenangan, saat itu pula
aku berpikir, “mungkin aku harus meniru mereka”.
Ketika hanya ada dua pilihan,
bertarung atau menyerah dan mati perlahan, maka sebaiknya aku memilih terus
berjuang walaupun belum tentu bisa bertahan. Meski belum tentu menang, belum
tentu berhasil, belum tentu rasa lelah dan sakit ini terbayar dengan kebahagian,
aku harus berjuang. Setidaknya, jika aku bertarung dan mati, aku bisa berkata pada
diriku sendiri, “engkau telah berjuang dengan gagah berani sampai akhir”.
Aku tak mau menyerah, demi diriku dan demi semua orang yang kusayangi. Demi semua kenangan, demi kehidupan yang kujalani, demi perih yang kurasakan dan demi indahnya harapan.
Because
all of the facts of your life, whatever they might be, make you want that next
minute more than the last. Make you fight for it.
Aku tak tahu apakah semangatku ini
akan redup lagi ketika masalah lain datang. Yang jelas, sekarang, Aku harus kembali ke medan perang.
Once more into the fray.. Into the last good fight I’ll ever know..Live and die on this day..Live and die on this day..
Label:
The Story of Night