Aku, Kembali ke Medan Perang


Neversleepatnight.blogspot.com
Night Five



AKU, KEMBALI KE MEDAN PERANG


Once more into the fray.. Into the last good fight I’ll ever know..


Jika hidup di zaman kerajaan atau hidup di negara dimana selalu terjadi peperangan, aku jelas bukanlah seorang panglima, pemimpin pasukan atau bahkan seorang prajurit. Mungkin aku hanya berperan sebagai pesuruh yang membawakan makanan, perlengkapan pasukan atau senjata dan pakaian perang. Bisa juga sebagai penerjemah atau penggambar peta. Seperti layaknya Upham di film “Saving Private Ryan”. Aku hanyalah orang yang berperan di balik layar, tak punya keberanian dan kemampuan maju di barisan depan. Aku memang bukan ksatria atau hero, aku hanyalah seseorang bernama Hishigi Ryuuji.

Berada di medan yang berat dan berbahaya bukanlah hal yang kuinginkan. Aku tak tahu bisakah bertahan hidup dimana hanya ada dua pilihan, bertarung atau mati. Aku jelas belum ingin mati, tetapi bertarung adalah pilihan sulit. Memasuki medan seperti itu dan meninggalkan zona nyaman jelaslah butuh keberanian, kepercayaan, dukungan dan kemampuan. Aku tak tahu jika aku memiliki kemampuan, yang jelas ketiga hal yang lain sedang tak kumiliki.

Seringkali ketika semangatku sedang memuncak, masalah lain yang benar-benar tidak mendukung menghancurkan harapan dan keberanianku. Putus asa dan menyerah adalah hal yang terjadi berikutnya. Kadang aku menjadi tak peduli apa yang akan terjadi berikutnya, apa yang akan menimpaku setelah menyerah pada keadaan yang menyiksa dan butuh perjuangan sangat berat. Aku juga bisa memaklumi Diaz di film the Grey yang memilih tidak meneruskan perjuangannya bertahan hidup di hutan dingin yang penuh serigala liar. Dia lelah dengan rasa dingin yang menusuk dan serigala yang haus darah, aku pun lelah dengan semua masalah yang terjadi, walaupun sudah kucoba hadapi dan selesaikan semua yang menghalangi perjalanan ini. Ketika aku tak memiliki keberanian, tak ada yang mendorongku maju ke depan dan berkata, “Be brave, loser! Fight for yourself, fight for everyone!”. Ketika krisis kepercayaan diri menghampiri, tak ada yang menenangkanku dan berkata, “Everything will be alright”. Saat butuh pertolongan, tak ada yang mengulurkan tangannya dan berbisik ke padaku, “I will be on your side”. Dan saat aku butuh kemampuan untuk maju ke depan, tak ada yang mengajariku bagaimana mengalahkan lawan. Jadi mungkin tak ada salahnya aku mundur dari peperangan.

Tapi ketika aku melihat sosok orang-orang yang sama-sama berjuang, di medan pertempuran mereka masing-masing, aku berpikir, “kenapa mereka tak menyerah saja?”. Sosok ayahku yang berjuang menyekolahkan adikku di sekolah yang mahal setelah bencana itu datang, yang berkata, “semua baik-baik saja, aku masih mampu”, walaupun ia menderita penyakit yang mematikan dan usahanya terseak-seok. Juga sosok orang tua cacat yang bekerja memulung sampah di malam hari dengan pakaian, yang pernah kujumpai di warung kecil yang masih buka di tengah malam, ia lebih memilih hidup seperti itu dari pada menyerah dan menunggu bantuan orang lain.

Sosok-sosok fiktif yang kujumpai di film, manga atau anime juga berjuang menghadapi kenyataan. Sosok Ottway di film The Grey yang mencoba bertahan hidup sampai akhir dimana ia bertarung dengan serigala Alpha, pemimpin para serigala, sambil membaca puisi ayahnya. Sosok Takagi Akito dan Mashiro Moritaka yang tetap berjuang menjadi komikus terkenal meski berkali-kali gagal dan harus berlatih tiap hari. Saat melihat sosok itu, sosok yang berkali-kali gagal ataupun lelah berjuang, tetapi tak keluar dari medan perang dan terus melangkah kaki sejauh mungkin menuju kemenangan, saat itu pula aku berpikir, “mungkin aku harus meniru mereka”.

Ketika hanya ada dua pilihan, bertarung atau menyerah dan mati perlahan, maka sebaiknya aku memilih terus berjuang walaupun belum tentu bisa bertahan. Meski belum tentu menang, belum tentu berhasil, belum tentu rasa lelah dan sakit ini terbayar dengan kebahagian, aku harus berjuang. Setidaknya, jika aku bertarung dan mati, aku bisa berkata pada diriku sendiri, “engkau telah berjuang dengan gagah berani sampai akhir”.

Aku tak mau menyerah, demi diriku dan demi semua orang yang kusayangi. Demi semua kenangan, demi kehidupan yang kujalani,  demi perih yang kurasakan dan demi indahnya harapan.
Because all of the facts of your life, whatever they might be, make you want that next minute more than the last. Make you fight for it.

Aku tak tahu apakah semangatku ini akan redup lagi ketika masalah lain datang. Yang jelas, sekarang, Aku harus kembali ke medan perang.


Once more into the fray.. Into the last good fight I’ll ever know..Live and die on this day..Live and die on this day..



0 komentar:

Posting Komentar